Beranda > Film Barat > Amadeus

Amadeus

Beberapa tahun yang lalu, saya nonton Amadeus di LIP, Lembaga Indonesia Perancis, Jogja. Waktu itu, saya tak tahu apa-apa tentang Mozart (sampai sekarang pun sebenarnya saya juga tak tahu apa-apa tentang Mozart :)). Saya hanya tahu kalau dia itu musisi klasik dan katanya sangat genius. Musiknya yang mana pun saya tak paham. Usai nonton film itu, bukan ceritanya yang begitu mengesankan , tapi musiknya yang rasanya terus mengendap di benak saya. Tahun-tahun berlalu dan saya selalu mengingat bahwa Amadeus adalah film dengan musik yang sangat bagus. Sementara ceritanya sendiri saya sudah lupa.

Mozart yang bahkan bisa mencompose sejak kecil

Mozart yang bahkan bisa mencompose sejak kecil

 

Ketika ada diskon CD film ini di Gramedia, saya pun memutuskan untuk membeli, meski kemudian saya simpan saja untuk waktu yang lama. Baru setelah nonton drama Korea berjudul Beethoven Virus yang menyinggung-nyinggung Mozart (di salah satu scene ada Kang Mae, salah satu tokoh utama, sedang nonton film ini. Lihat tulisan saya di resensi Drama Korea, Beethoven Virus) saya jadi ingin menggali ingatan saya tentang Mozart dari film ini.

Amadeus merupakan kisah flashback dari seorang lelaki tua sekarat dan agak gila bernama Salieri pada seorang pastor. Bertahun-tahun sebelumnya, Salieri adalah seorang penggubah lagu istana. Salieri sangat berhasrat pada musik, tapi ia tak terlalu berbakat. Kedatangan Mozart, si genius musik kemudian mengusiknya. Ia iri pada bakat besar Mozart yang membuat kaisar terpukau. Ia iri karena Mozart yang hebat itu, hanyalah orang biasa, anak muda cengegesan dan tak tahu sopan santun. Ia yang religius, merasa marah pada Tuhan karena orang seperti Mozart diberi bakat luar biasa sementara dirinya yang mengabdikan hidup untuk musik, hanya jadi penggubah lagi yang tak populer.

Salieri yang membenci sekaligus mengagumi Mozart

Salieri yang membenci sekaligus mengagumi Mozart

Rasa iri Salieri makin memuncak dari hari ke hari dan ia pun mengupayakan segala hal untuk menghambat karir Mozart. Ketika Mozart diminta untuk menjadi guru bagi keponakan kaisar, Salieri dengan cara halus menghalanginya. Kehidupan Mozart selanjutnya memburuk karena gaya hidupnya yang suka foya-foya sementara penghasilannya kecil. Keadaan makin kacau ketika ayahnya meninggal. Mozart didera rasa bersalah karena tak bisa membahagiakan ayahnya hingga akhir hidupnya. Di tengah kehidupan yang kacau, muncul seorang lelaki berjubah hitam yang memintanya untuk membuat requiem kematian. Orang itu sekaligus permintaannya membuat Mozart ketakutan.

Kondisi kesehatannya pun memburuk, sementara istrinya, Constanze, pergi meninggalkannya karena tak tahan hidup miskin. Dalam keadaan sekarat, Salieri datang menawarkan diri untuk merawat dan membantunya menyelesaikan requiem kematian yang sebenarnya ia sendiri yang memesan. Pada akhirnya, Mozart meninggal dengan menyedihkan dan hanya dikubur alakadarnya, tanpa nisan.

Mozart yang suka hurahura

Mozart yang suka hurahura

Tragis. Tapi kisah film ini sebagian adalah fiksi. Tokoh antagonis Salieri  konon masih jadi perdebatan. Meski begitu, dalam kenyataan, hidup Mozart memang tragis.

Wolfgang Amadeus Mozart lahir di Salzburg tanggal 27 January 1756  (meninggal tanggal 5 December 1791). Ayahnya, Leopold seorang komposer dan guru musik. Mozart sudah menunjukkan bakat musik sejak kecil. Ia dikenal memiliki kemampuan tala mutlak (mengenal nada dengan tepat tanpa bantuan alat), mengenal musik sejak lahir. Pada usia lima tahun, ia sudah membuat komposisi dan tampil di depan bangsawan Eropa. Pada usia 14 tahun, Mozart menulis Mozart   opera Mitridatere di Ponto. Pada tahun 1773, Mozart bekerja sebagai musisi di lingkungan istana Salzburg. Ia kemudian pindah ke Paris dan akhirnya di Wina.

Setelah patah hati karena ditinggal menikah oleh pujaan hatinya, Aloyse Weber, ia kemudian menikahi putri Weber yang lain, Constanze, tanpa persetujuan ayahnya. Meski bekerja di lingkungan istana, tapi kondisi keuangannya menyedihkan karena gaya hidupnya yang suka berfoya-foya. Dalam kondisi keuagan yang bangkrut ia meninggal. Sebab kematiannya sendiri konon masih menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan ia diracun Salieri (seperti di film), tapi kemungkinan besar karena penyakit yang dideranya. Bisa dibayangkanlah kehidupan seorang seniman, dan bagaimana buruknya standar kesehatan masa itu. Dan karena keluarganya tak mampu membayar biaya penguburan, ia pun dimakamkan seperti rakyat biasa, tanpa nisan. Nasib tokoh-tokoh besar memang kadang-kadang begitu tragis ya :(.

Wolfgang Amadeus Mozart

Wolfgang Amadeus Mozart

Dalam Amadeus sendiri, Mozart memang digambarkan sebagai sosok yang jauh dari sempurna. Urakan, agak arogan, manja (bahkan menurut saya jadi terkesan agak gila). Saya tak tahu apakah Mozart sebenarnya seperti itu, tapi penokohan Mozart di film itu membuat saya jadi merasa sedikit terganggu. Juga Salieri. Saya merasa, penghadiran tokoh Salieri yang jahat seolah ingin dijadikan sebagai alasan atau penyebab kehidupan (terutama dalam hal keuangan) Mozart yang kacau. Tapi well, yah, ini kan film. Sutradara/ penulis cerita berhak membuat dramatisasi sesuai kehendaknya. Dan hal itu, saya pikir dilakukan dengan cukup baik. Amadeus adalah film yang megah, dengan tata artistik, serta kostum yang meriah (lucu rasanya membayangkan betapa genitnya para bangsawan (laki-laki) masa itu dengan pakaian warna-warni dan wig aneka bentuk). Dan di atas itu semua, tentu saja, musik Mozart yang begitu indah! 🙂

Cast:
, Antonio Salieri
, Wolfgang Amadeus Mozart
Elizabeth Berridge, Constanze
Roy Dotrice, Leopold Mozart

Sutradara :
Produser : Saul Zaentz
Penulis : Peter Shaffer
Musik : Wolfgang Amadeus Mozart
Sinematografi :  Miroslav Ondrícek
Rilis: USA, September 1984
Durasi :  161 min.

Awards:

United States 57th Academy Awards:
– Best Actor in a Leading Role (F. Murray Abraham)
– Best Adapted Screenplay (Peter Shaffer)
– Best Art Direction-Set Decoration (Karel Cerný and Patrizia von Brandenstein)
– Best Costume Design (Theodor Pištek)
– Best Picture
– Best Director ()
– Best Makeup (Dick Smith and Paul LeBlanc)
– Best Sound Mixing (Mark Berger, Thomas Scott, Todd Boekelheide and Christopher Newman)
Nominasi:
– Best Actor in a Leading Role (Tom Hulce)
– Best Cinematography (Miroslav Ondrícek)
– Best Film Editing (Nena Danevic and Michael Chandler)

42nd Golden Globe Awards

– Best Actor – Drama (F. Murray Abraham)
– Best Director (Miloš Forman)
– Best Picture – Drama
– Best Screenplay (Peter Shaffer)

Nominasi:
– Best Performance by an Actor in a Motion Picture – Drama (Tom Hulce)
– Best Performance by an Actor in a Supporting Role in a Motion Picture (Jeffrey Jones)

United KingdomBAFTA

– Best Cinematography (Miroslav Ondrícek)
– Best Editing (Nena Danevic and Michael Chandler)
– Best Make Up Artist (Dick Smith and Paul LeBlanc)
– Best Sound (Mark Berger, Thomas Scott and Christopher Newman)

Nominasi
– Best Actor (F. Murray Abraham)
– Best Costume Design (Theodor Pištek)
– Best Film (Miloš Forman and Saul Zaentz)
– Best Production Design (Patrizia von Brandstein)
– Best Screenplay – Adapted (Peter Shaffer)

France César Award :
– Best Foreign Film

  1. November 1, 2016 pukul 3:22 pm

    makasih kak infonya

    • November 15, 2016 pukul 6:35 am

      sama-sama. makasih sudah mampir

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar

the talking cupboard

haunted by a drama addict's soul

gudangekspresi

say something

Budi SUFI

SUFI, Suka Film

Korean Lyric

get Korean and Japanese lyrics here!

At The Movies

Film reviews and discussion by Amir Syarif Siregar